7 November 2013

Resensi RADIANCE "Selamat Datang di Sini dan Kini"



Judul Buku                      : Radiance—Seri Riley Bloom, Buku Satu
Penulis                              : Alyson Noël
Penerjemah                       : Reni Indardini
Tebal                                 : 165 halaman
Penerbit/cetakan               : Mizan Fantasi/Cetakan pertama, Maret 2012
ISBN                                 : 978-979-433-674-8
Harga buku                        : Rp 33.000,00 Rp 23.100,00 (diskon 30%)


Apa yang kau ketahui tentang akhirat? Atau setidaknya, apa yang kauharapkan akan kaualami setelah kau meninggal? Apakah kau akan bersantai selamanya di akhirat? Hal-hal apa yang kauinginkan dapat kaulakukan setelah meninggal—bukan gentayangan tentunya?

Mungkin kita semua pernah memikirkan hal semacam itu, ketika kita masih kanak-kanak seringnya. Setelah dewasa, kita akan melupakan pemikiran-pemikiran macam begitu, karena kita punya jauh lebih banyak persoalan untuk dipikirkan. Tapi, bukankah hal-hal yang berhubungan dengan dunia gaib: hantu, akhirat, dan lain-lain selalu menarik untuk dibicarakan? Apalagi jika dibikin cerita, maka akan sangat mengasyikkan. Ide cerita “pengalaman setelah meninggal” inilah yang diangkat oleh Alyson Noël, penulis seri Immortals yang laris. Dan bukan kebetulan, tokoh utama dalam seri Riley Bloom ini adalah Riley Bloom, tentu saja, yang adalah seorang gadis 12 tahun, adik Ever Bloom—tokoh utama seri Immortals.

Bloom sekeluarga terlibat sebuah kecelakaan mobil, yang menewaskan sang ayah, ibu, Riley, dan anjing labradornya, Buttercup. Setelah kecelakaan itu, Riley bingung karena setting kejadian tiba-tiba berubah, dan ia melihat ayah-ibunya berjalan ke satu arah, sedangkan kakaknya berjalan ke arah yang berlawanan. Ketika ia ragu hendak memilih mengikuti jalan siapa, kakaknya telah keburu menghilang, sehingga ia memutuskan berjalan mengikuti orangtuanya. Sampailah ia di tepi jembatan yang mengantarnya ke akhirat, ke alam lain bernama Sini, di mana waktunya selalu Kini. Sementara itu, Ever, sang kakak, kembali ke dunia fana.

Riley belum bisa menerima kehidupan barunya sepenuhnya. Meskipun di akhirat lumayan menyenangkan—ia bertemu kembali dengan kakek-neneknya, ia bisa memunculkan barang apa saja yang ia inginkan, bisa mengintip kehidupan orang-orang di dunia fana, bisa berjalan menembus tembok—diam-diam, ia tetap punya keinginan untuk kembali ke dunia fana. Kembali ke dunia di mana kakaknya membutuhkannya. Oleh karena itulah, ia hanya luntang-lantung tanpa tahu tujuannya di akhirat, dan melakukan keisengan-keisengan khas hantu.

Hingga setahun kemudian, Riley masuk ke sekolah aneh, dengan teman-teman aneh yang mengecewakannya. Tidak hanya itu, ia juga dipanggil oleh para Dewan, yang menginterogasinya seolah berada di dalam Penghakiman. Pada penghakiman itu, rekaman kehidupan singkatnya di bumi dipertontonkan kembali, membuatnya merasa muak terhadap diri sendiri. Ternyata, selama ini, yang ia lakukan adalah sia-sia, ia menghabiskan waktu hidupnya untuk membuntuti dan meniru kakaknya. Dewan melakukan itu untuk memahami Riley, sehingga mereka bisa menempatkan Riley di mana seharusnya ia berada. Jadilah, mulai saat itu, Riley memiliki pekerjaan sebagai seorang Penangkap Jiwa, dengan dibantu oleh seorang pembimbing, cowok misterius dan aneh bernama Bodhi. Awalnya, tugas itu tampak mudah dan menyenangkan, yaitu kembali ke dunia fana dan membujuk jiwa-jiwa yang gentayangan di bumi untuk menyeberangi jembatan menuju akhirat. Tapi, ternyata tak semudah itu. Tugas pertamanya adalah membujuk Putra Terang yang sudah berabad-abad menghantui Kastil Warmington di Inggris, di mana banyak Penangkap Jiwa sebelumnya selalu gagal menghadapi hantu itu....

Membaca novel yang tidak tebal ini, membuat saya bernostalgia akan novel-novel seri Goosebumps. Agak mirip dari segi penampakan: tebal bukunya, juga dari cara bercerita sang penulis yang membikin penasaran pada akhir tiap bab. Juga, yang pasti, adalah tema tentang hantu-hantu itu. Alyson Noël dengan lihai bertransformasi menjadi bocah cewek umur 12 tahun, dengan segala pemikiran dan sudut pandangnya yang khas anak pra-remaja. Tak ada pemikiran orang dewasa yang menelusup dan menghancurkan penokohannya, meskipun begitu, bacaan ini tetap mengasyikkan jika dibaca oleh orang dewasa sekalipun, apalagi penulisannya yang tanpa typo sedikitpun. Ngomong-ngomong, saya suka sekali desain cover-nya! ^^

Berbagai sifat keberanian, kecerdasan, sigap dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah, juga komentar dan pemikiran sarkastik Riley yang lucu sungguh menarik untuk disimak sampai halaman terakhir. Bagaimana ketika Riley akhirnya sadar bahwa kehidupannya di akhirat pun menarik.

“Lagipula, sejujurnya, aku juga sudah bosan memata-matai kehidupan manusia.” (hal. 155)

“Untuk kali pertama dalam waktu lama, aku tak perlu hidup lewat pengalaman orang lain. Tak perlu karena sudah waktunyalah aku mulai menikmati pengalamanku sendiri.” (hal. 156)

Diramu juga dengan bumbu-bumbu menyentuh, terlebih di bagian “hantu perempuan yang berduka”, dan pesan-pesan moral yang menyatu dengan cerita tanpa menggurui, seri ini layak diikuti sampai akhir.

0 komentar:

Post a Comment

Your comment is so valuable for this blog ^^

bloggerwidgets