12 January 2014

Resensi THE DIP - “Jangan Berhenti” adalah Nasihat yang Buruk!"




Judul Buku               : The Dip: Saat Kita Ditantang untuk Bertahan atau Berhenti
Penulis                      : Seth Godin
Penerjemah               : Irine Yovita
Tebal                         : vi + 102 halaman
Penerbit/cetakan       : PT BPK Gunung Mulia/Cetakan I, Juli 2008
ISBN                         : 978-979-687-506-1
Harga                         : Nggak tahu, pinjam, hehe

Menurut Kamus Inggris – Indonesia karangan John M. Echols dan Hassan Shadily, dip” sebagai kata benda berarti:
1.    Mandi, masuk ke dalam air.
2.    Desinfeklesi.
3.    Lobang, tempat yang menurun (di jalan).
4.    Food: keju untuk pesta.
Dari sampul depan buku kecil ini (hanya 13x18x0.9 cm3), dapat kita simpulkan bahwa “dip” yang dimaksud di sini adalah definisi yang ketiga: lobang. Itu hanya definisi. Lalu, apa makna di balik pemilihan judul ini oleh Pak Seth Godin?
Buku ini sebenarnya ber-genre bisnis/manajemen, tapi saya rasa, secara keseluruhan, ide ini bisa diterapkan untuk berbagai bidang dalam kehidupan (mengingat saya juga bukan pelaku bisnis/manajemen). Buku ini terdiri dari dua bagian besar:
1.    Menjadi yang Terbaik di Dunia Benar-benar Telah Diabaikan.
2.    Jika Anda Tidak Akan Menjadi yang Terbaik, Lebih Baik Berhenti Sekarang.
Pada bagian pertama, Seth Godin memaparkan mengapa kita harus menjadi yang terbaik di dunia. Kata-katanya mengalir lugas dan memutarbalikkan keyakinan kita selama ini. Sejak awal, ia telah menyuguhkan bahwa nasihat “orang yang berhenti tidak pernah menang. Sebaliknya, para pemenang tidak pernah berhenti” adalah nasihat yang salah. Pasalnya, kita harus “berhenti melakukan hal-hal yang salah; bertahan dengan hal-hal yang benar; memiliki nyali untuk melakukan sesuatu.” Tampaknya, ide tersebut terdengar sangat bisa diterima dan mudah dilakukan. Memang, bukan, kita harus meninggalkan hal-hal yang salah? Jangan salah, para perokok pun sudah tahu bahwa kecanduan merokok adalah hal yang salah bagi kesehatan mereka, tapi mereka tetap melakukannya. Mereka tidak berhenti.
Kembali ke judul bagian pertama (entahlah, saya tidak benar-benar menyebutnya sebagai judul, karena lebih mirip dengan “quote”). Buku ini bisa diambil inti-intinya sebagai berikut (saya memodelkannya sebagai daftar questions and answers.
·      Mengapa penting menjadi yang terbaik di dunia?
Karena semua orang mencari pilihan yang terbaik. Seperti ketika Anda hendak membeli galon, dan tanpa berpikir dua kali, Anda langsung memilih merk Aqua dari segala merk yang ada.
·      Sebenarnya, mengapa penting menjadi yang terbaik?
Karena posisi nomor satu sangat berharga; kelangkaan-lah yang menyebabkannya. Tidak banyak orang bisa membuat animasi. Itu pekerjaan yang amat sulit. Butuh waktu berbulan-bulan untuk mengerjakan beberapa belas detik adegan animasi dalam suatu film. Karena kemampuan langka itulah, Rini Sugianto bisa menjadi animator terbaik di Indonesia sehingga dapat berkarya dalam film-film Hollywood terkenal, seperti The Avengers, The Hobbit, Iron Man 3, dan Tintin.
·      Di dunia? Yang benar saja?

Beneran, suer, DI DUNIA. Karena “dunia” di sini merujuk pada dunia tempat Anda berkarya/bekerja, bukan “dunia” sebagai arti geografis. Semakin spesifik dunia yang Anda pilih, makin besar peluang untuk menjadi yang terbaik. Misalnya, sebagai seorang penulis, saya akan berusaha menjadi yang terbaik di dunia penulisan fiksi. Namun, akhir-akhir ini, banyak sekali novel fiksi bagus di Indonesia, tapi masih jarang yang ber-genre fantasi. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk berkiprah di dunia fiksi fantasi.
·      Bagaimana caranya menjadi yang terbaik?
Ini pertanyaan yang akan membutuhkan jawaban yang panjang dan lebar dan tinggi. Jadi, saya hanya menulis sebagian kecil jawaban dulu sebagai hidangan pembuka. Untuk menjadi yang terbaik, pertama-tama Anda harus mengerti bahwa mampu melakukan berbagai hal adalah rahasia meraih keberhasilan. Selain itu, nasihat “jangan berhenti” juga salah.
·      Tunggu dulu, gila aja, kamu menyuruh saya berhenti berusaha?
No. Absolutely NOT! Bukan begitu. Bukan berhenti berusaha, melainkan berhenti melakukan hal-hal di mana Anda tidak akan menjadi yang terbaik. Berhentilah melakukan diversifikasi (Seth Godin menjelaskan topik ini dengan suatu perumpamaan bagus tentang perilaku burung pelatuk—halaman 32-33), banyak hal tapi tidak ada yang “terbaik”; semuanya hanya “rata-rata”. Seperti saat ini, saat saya kuliah di Jurusan Teknik Fisika yang adalah teknik yang terlalu luas bidang ilmunya. Saya harus berhenti menekuni semua keahlian yang (bisa) saya pelajari—ada banyak sekali: saya bisa belajar pemrograman komputer, fisika bangunan, energi, instrumentasi, nanoteknologi—dan saya harus memilih salah satu yang akan menjadi fokus saya, yang paling saya minati, di mana saya akan benar-benar bisa menguasainya; yang akan saya jadikan topik tugas akhir; yang akan saya pilih sebagai bidang kerja saya nanti. Tidak akan bisa menguasai semuanya dan menjadi yang terbaik dalam segalanya.
·      Saya masih tidak bisa terima. Bagaimana caranya saya bisa berhenti?
Ketahuilah bahwa berhenti tidak sama dengan kegagalan jika Anda berhenti secara cerdas (pada bagian kedua Seth Godin memberikan ilustrasi yang mudah dipahami bagaimana “berhenti dengan cerdas” itu). Cara yang bisa dilakukan untuk berhenti adalah dengan “sejak awal memutuskan kapan saatnya untuk berhenti”. Ajukan tiga pertanyaan ini sebelum berhenti: apakah saya sedang panik?; siapakah yang sedang saya berusaha saya pengaruhi?; kemajuan teratur seperti apa yang sedang saya buat?.
·      Oke, tapi sekarang, apa itu “dip”? Itu, kan, judulnya—tapi sedari tadi kau belum menjelaskannya sama sekali.
Ada tiga kurva yang menjelaskan hampir semua jenis keadaan yang Anda hadapi ketika berusaha melakukan sesuatu. Salah satunya adalah “dip” atau “cekungan”, yang bisa digambarkan sebagai sebuah kurva sebagai berikut.

Misalnya, ketika Anda mencoba melakukan OCD (Obsessive Corbuzier’s Diet). Ketika Anda memulai jendela makan selama 8 jam sehari, itu cukup mudah. Kemudian, minggu berikutnya, Anda mencoba beralih ke jendela makan 6 jam, lalu empat jam. Segalanya terasa sulit. Berpuasa 20 jam bukanlah hal yang mudah, apalagi jika ada banyak makanan mengelilingi Anda! Inilah “dip”! Anda harus memutuskan. Berhenti—karena Anda merasa tidak kuat lagi, dan tidak masalah untuk tidak mendapatkan berat badan ideal. Atau lanjut—karena Anda ingin dan harus memiliki berat badan ideal, dan bukankah itu komitmen Anda sejak awal? Tapi jangan BERHENTI DI DALAM DIP. Ini akan membuat perjuangan Anda sia-sia. Jika berhasil melewati “dip”, maka kesuksesan akan Anda raih.
Sementara itu, kurva lainnya adalah “kuldesak” atau “jalan buntu”, dan “bukit terjal”. Keduanya akan membawa Anda menuju kegagalan. Jangan mencoba melewati “bukit terjal” dan berhentilah ketika Anda menemui “kuldesak”.
Ketika Anda sudah berada di zona nyaman, “berhenti” akan menjadi hal yang menakutkan dan sangat sulit dilakukan. Tapi, jika Anda yakin bahwa tidak akan sukses jika terus mempertahankan keadaan “biasa-biasa saja” itu, maka sebaiknya Anda berhenti. Berhenti akan menjadi lebih mudah sejak awal Anda sudah memutuskan kondisi-kondisi apa yang akan membuat Anda berhenti.
“Tulislah dalam situasi seperti apa Anda bersedia untuk berhenti. Kapan. Kemudian jalanilah.” (halaman 82)
Seth Godin membuat buku ini ringkas dan padat. Tanpa bertele-tele, ia menghadirkan ilustrasi-ilustrasi untuk menjelaskan idenya, lengkap dengan gambar-gambar. Selain itu, ia juga menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing rasa ketertarikan pembaca. Meskipun kadang ilustrasinya agak susah dimengerti dan kebanyakan berbau bisnis, tetapi tidak mengurangi pengetahuan yang dapat kita serap.
Terakhir, memilih pasar yang lebih kecil dan spesifik akan membuat peluang Anda untuk berhasil semakin besar. Tinjaulah apa yang sedang Anda kerjakan saat ini. Apakah terlalu banyak bidang yang Anda kerjakan, dan membuat Anda kelelahan tanpa menjadi yang terbaik? Maka berhentilah melakukan bidang yang lain—berhentilah dengan cerdas, karena berhenti di saat yang salah akan menggagalkan usaha Anda. Pilihlah satu bidang yang benar-benar Anda yakini akan membuat Anda sukses; FOKUSLAH. Jangan melebar tapi dangkal; menyempitlah dan dalam. Persempitlah pasar dan “dunia” Anda, dan jadilah yang TERBAIK!

0 komentar:

Post a Comment

Your comment is so valuable for this blog ^^

bloggerwidgets