23 April 2014

Resensi SUPER GIRLS - "The Miracle of A Second Chance"




Judul Buku                       : Super Girls (Sequel of “Perfect Ten)
Penulis                              : Delia Angela
Tebal                                 : 360
Penerbit/cetakan               : Elfbooks/Cetakan pertama, Februari 2013
ISBN                                 : 978-602-19335-5-8
Harga                                 : Rp 50.000,00 Rp 30.000,00 (diskon 40%)

“Ternyata menjadi public figure tidaklah mudah. Ruang privasi menjadi sempit. Tidak dapat bergerak bebas.” – Hyuna (halaman 181)

Sepanjang karier saya menjadi fans salah satu boyband Korea Selatan, Super Junior, saya tidak bisa tidak memperhatikan perasaan mereka. Saya tak pernah berhenti bertanya (meskipun belum mendapat jawabannya sampai sekarang), apakah yang mereka tampilkan di hadapan para fans itu adalah benar-benar yang mereka ingin tampilkan? Atau itu hanya tuntutan kamera saja? 
Selama itu pula, saya pernah menjadi hater beberapa member girlband Korea. Seenak mulut saya, saya membicarakan kejelekan mereka dengan teman saya. Tentang wajah cantik mereka yang tidak asli. Tentang sikap mereka yang buruk terhadap teman member mereka sendiri. Puas sekali rasanya membicarakan kejelekan artis, tanpa pernah memikirkan perasaan mereka. Tanpa pernah membayangkan jika saya menjadi mereka dan harus menghadapi banyaknya komentar negatif tentang diri mereka. Padahal saya juga tidak tahu fakta sebenarnya.
Membaca novel ini, saya jadi tahu rasanya. Apalagi, kebetulan, ketika membaca novel ini, saya juga sedang menonton drama Korea, The Man From The Star, yang juga menceritakan kehidupan seorang artis. Seperti kata Hyuna, tokoh utama novel ini, “menjadi public figure tidaklah mudah.”
Park Hyuna, yang hanya setahun menjalani masa training di JP Entertainment, akhirnya debut. Seharusnya ia bahagia, bukan, bisa debut secepat itu, di mana rata-rata trainee lain baru debut setelah bertahun-tahun menjalani masa training yang tampak tiada akhir. Tapi tidak. Hyuna malah cemas. Bagaimana tidak? Ia debut sebagai member tambahan sebuah girlband populer bernama Super Girls. Kemunculannya sebagai anggota baru tentunya memicu kontroversi di tengah para fans dan juga haters.[1] Namun, yang paling menyengsarakan Hyuna adalah perlakuan member lain terhadapnya. Awalnya, Kim Gahee (leader, lead dancer), Lee Eunhye (rapper), Han Minyoung (lead vocal), bersikap dingin terhadap Hyuna. Hanya Moon Jieun (magnae)[2] yang bersikap baik padanya sejak awal. Tidak hanya ketika di asrama saja, ketika di dalam mobil van pun, Hyuna merasa tersisih. Keempat member mengobrol asyik, meninggalkannya sendirian.
Hyuna pun mencoba metode memasak makanan untuk mendapatkan hati para member (seperti yang pernah ia lakukan pada Perfect Ten dulu)[3]. Metode ini cukup berhasil, karena Minyoung yang adalah penggemar gamjaguk, ternyata menyukai gamjaguk buatan Hyuna.
Tunggu dulu. Tak semudah itu memenangkan hati para member. Apalagi Hyuna melakukan kesalahan besar. Pertama kali tampil di atas panggung sebagai anggota Super Girls, Hyuna malah tidak sengaja menjatuhkan mikrofon ketika sedang menyanyikan bagian dengan nada tinggi. Kesalahan ini, meskipun kecil, tapi menodai penampilan Super Girls, yang selama ini tanpa cela.
“Grup kami tidak pernah melakukan kesalahan selama tampil di atas panggung, dan kau berhasil membuat citra yang bagus di awal debutmu!” – Kim Gahee (halaman 46).
Namun, Ji Eun berhasil menguatkan Hyuna dengan kata-kata pemberi semangat, begitu juga dengan Jongwoon[4] (anggota Perfect Ten, yang adalah pacar Hyuna). Tapi, apakah Hyuna masih bisa bertahan ketika dua orang itu juga menjauhinya? Ji Eun—yang marah padanya karena salah paham terhadap hubungan Hyuna dengan Yongjin (anggota Perfect Ten yang disukai Ji Eun). Juga hubungan Hyuna dengan Jongwoon yang retak karena munculnya orang ketiga di antara mereka: Kim Johan, yang menjadi pasangan Hyuna dalam reality show “Celebrity on Dating”.
Gosip-gosip negatif juga terus beredar menyerang Hyuna. Ia hampir selalu ketakutan ketika membuka laptop dan mengecek komentar orang-orang tentang dirinya di internet. Bahkan, keberadaan seorang fans pun terasa sangat istimewa bagi Hyuna, dan mampu memberinya kekuatan untuk terus bertahan.
“Astaga, baru hari ini aku bertemu langsung secara personal dengan orang yang mengaku sebagai penggemarku—setelah sekian lama hanya berkutat dengan haters.” – Hyuna (halaman 132)
Apalagi dengan munculnya sekelompok penggemar yang mendirikan fanbase untuk Hyuna dan menamai diri mereka “Hyunaism”.
Kami adalah fans Hyuna-sshi. Kami akan terus mendukungmu!” (halaman 267)
Berbagai tantangan selalu muncul di jalan yang Hyuna lalui. Bahkan setelah para member menerimanya dengan tulus, Hyuna masih harus menghadapi berbagai masalah. Menghadapi sasaeng fans yang menculik Gahee. Mengungkap misteri tentang hubungannya dengan keluarga Kim Johan. Meluruskan gosip-gosip berkaitan dengan masa lalunya. Mempertahankan hubungannya dengan Jongwoon. Dan satu perstiwa yang menentukan masa depannya selanjutnya: akankah ia masih terus bisa bernyanyi?


No doubt, I enjoyed reading this novel. It reminded me of my past-colourful-life of being a fan of Super Junior (I’m still ELF though, but not as passionate as I’m used to be). Saya merasa seperti sedang menonton drama Korea ketika membaca novel ini. Meskipun belum membaca Perfect Ten, saya tidak mengalami kesulitan mengikuti jalan cerita sekuelnya ini. Kehidupan seorang artis pun tergambar dengan faktual di sini, khususnya artis Korea. Tapi jangan salah, ini novel beneran, kok, bukan fanfiction! (Emang kenapa kalau ini fanfiction?)
Melalui narasi tokoh utama, penulis juga menyampaikan opininya tentang isu operasi plastik di kalangan artis (menulis selalu jadi satu cara yang bagus untuk menyampaikan opini, kan?). Isu semacam itu tak akan pernah padam, lantaran yang mengetahui kebenarannya hanyalah si artis itu sendiri, perusahaan manajemennya, dan Tuhan. Hehehe. Jadi, memang tidak bijaksana jika sebagai penonton (haters, biasanya) kita menghakimi penampilan fisik para artis. Yah, tapi, kita tak bisa lepas dari sifat bawaan kita sebagai manusia untuk selalu berkomentar tentang orang lain.
“Aku sendiri tidak tahu jelas apakah mereka benar-benar melakukan tindak operasi atau tidak... Yang terpenting adalah kinerja masing-masing member. Wajah cantik hanyalah pelengkap...” – Hyuna (halaman 111)
Penulis membuat tempo novel ini tidak lambat; kejadian demi kejadian yang menantang Hyuna terjadi silih berganti dan tidak terasa di-“lama-lamain”. Dengan begitu, pembaca tidak bosan dan rasa penasarannya dapat terus terjaga hingga akhir.
Satu adegan yang paling saya sukai adalah ketika keempat member Super Girls memeluk Hyuna dari empat penjuru, ketika Hyuna sedang down setelah putus dari Jongwoon (halaman 214). Adegan ini menunjukkan secara to the point tapi sederhana dan menyentuh, tentang betapa indahnya persahabatan.
Terlepas dari itu semua, menurut saya, karakter tokoh Hyuna terlalu klise. Ia adalah gambaran utuh tokoh yang benar-benar protagonis. Tanpa sisi hitam yang kentara. Tidak unik sama sekali.[5] Saya juga kecewa terhadap Jongwoon yang dengan mudahnya melepaskan kepercayaannya pada Hyuna, karena kecemburuan dan salah paham (halaman 212). Tapi saya puas dengan tindakan yang diambil oleh Jongwoon di akhir novel. Ia sangat mengerti Hyuna dan bisa mengambil keputusan yang tepat, berkaitan dengan cricothyroidotomy.
 
http://wc1.smartdraw.com/examples/content/examples/10_healthcare/medical_process_&_procedures/procedure_of_cricothyroidotomy_l.jpg
“Jongwoon Oppa mengambil keputusan terbaik. Ia tahu, aku tidak dapat hidup jika kehilangan suara.” – Hyuna (halaman 351)
Bagi para fans Super Junior dan SNSD di luar sana (dan para fans idol lainnya), kalian tidak akan menyesal membaca novel ini! Karena kalianlah yang paling akrab dengan istilah-istilah perkepopan seperti yang banyak digunakan di novel ini ^^


[1] Mengingatkan saya akan penolakan fans di awal debut Kyuhyun sebagai member tambahan Super Junior. Dan memang Kak Delia terinspirasi dari kisah nyata itu.
[2] Magnae adalah sebutan untuk anggota termuda.
[3] Ah, harus baca novel Perfect Ten dulu, nih!
[4] Penulis, yang adalah fans Yesung Super Junior, menggambarkan tokoh ini dengan inspirasi yang bersumber dari Yesung sendiri. Kalau kalian pernah nonton tayangan-tayangan yang dibintangi Yesung, bandingkan tingkah lakunya dengan tokoh Jongwoon dalam novel ini. Pasti nggak beda jauh, hehe.
[5] Maaf, karena saya melakukan penilaian ini sebelum membaca Perfect Ten ><




0 komentar:

Post a Comment

Your comment is so valuable for this blog ^^

bloggerwidgets