10 December 2014

[Resensi QUEEN] Makin Terpuruk atau Bangkit dan Berjalan Kembali


Buku                            : Queen
Penulis                         : Niena Sarowati
Editor                           : Ainini
Tebal                            : 300 halaman
Penerbit/cetakan          : Senja/Cetakan I, 2014
ISBN                           : 978-602-296-026-3
Harga                           : Rp 40.000,00
Rating                          :



Selingkuh, Diselingkuhi, Dijadikan Selingkuhan

Dalam sebuah hubungan, menurutmu, apa momok yang paling menyeramkan? 


Kalau menurut saya, ketidakjujuran. Ketidakjujuran ini mewujud dalam berbagai cara, salah satunya adalah perselingkuhan. 

Jangan-jangan kamu pernah diselingkuhi? Atau selingkuh? Atau malah dijadikan selingkuhan? Kalau pernah ada pengalaman diselingkuhi, pasti kalian mengerti sekali bagaimana perasaan marah dan kecewa itu, seperti yang dialami Queen dalam novel ini. 

Lantas, seandainya kamu diselingkuhi pacarmu—bahkan selingkuhnya dengan sahabatmu sendiri, dan kamu menangkap basah mereka sedang tidur bersama—apa yang akan kaulakukan? Mungkin kau akan marah dan langsung minta putus. Setelah itu, pilihannya ada dua: terpuruk atau bangkit.

Queen memilih yang kedua. Awalnya memang sakit, dan ia memutuskan untuk cuti kuliah dan pergi ke Bandung untuk menata hidupnya kembali. Tidak ada temannya yang tahu ke mana dia pergi (apalagi Davin dan Milly), kecuali keluarganya. Siapa sangka, di Bandung ia menemukan keluarga baru: keluarga Kos Cemara, keluarga anak jalanan, dan keluarga panti asuhan. Bahkan ia menjadi aktivis pengasuh panti asuhan dan anak jalanan itu. 

Queen menjalani hari-harinya dengan berbagi bersama keluarga barunya. Hubungannya dengan anak-anak Kos Cemara, yang semuanya laki-laki, sangat menyenangkan. Salah satu yang paling dekat dengannya adalah Obit. Semuanya terasa sangat indah, apalagi Queen jadi seleb dadakan setelah  memberikan pidato sambutan dalam acara Hari Anak Nasional. Tapi, ketika masa lalu menyergapnya di depan kos, apakah ia mampu untuk tetap berdiri tegak? Davin yang tiba-tiba datang, dan Milly yang mengatakan bahwa ia hamil. Belum lagi ditambah masalah salah-paham: orangtuanya akhirnya tahu bahwa selama di Bandung ia tinggal bersama para lelaki.

Di sela-sela permasalahan itu, apakah Queen dapat menyadari hubungan persahabatan yang perlahan berubah menjadi cinta?

Keseriusan Terbalut Bahasa Ringan

Mengikuti aktivitas sosial Queen membuat nyali saya menciut. Selama 21 tahun hidup saya, apa saja yang telah saya lakukan untuk orang-orang kurang beruntung di sekitar saya? Tokoh Queen ini mungkin bisa disebut salah satu sosok cewek tangguh. Meski ia sakit hati, tapi logikanya masih berjalan. Ia memilih untuk meneruskan hidupnya, bahkan berbuat kebaikan besar. Queen juga sosok yang hangat dan supel (saya ngiri terhadap sifat ini). 

Proses move on Queen banyak dibantu oleh suasana hangat yang ditawarkan para penghuni Kos Cemara. Abah, pengurus kos, dan Cilla (cucu abah yang lucu). Para penyewa kos: Obit, Alan, Dion, dkk, beserta para pacar mereka. Betapa indah persahabatan mereka, yang saling membantu dan menguatkan! Salah satu yang menjadikan para tokoh ini memiliki daya tarik adalah profesi mereka yang beragam dan unik. DJ, pembalap motor, pemilik distro, anak band, dan sebagainya.

Penulis membangun cerita dengan menggunakan alur maju. Ada juga selipan alur balik, ketika Queen teringat masa lalunya bersama Davin (biasanya saat melihat orang pacaran atau saat berkunjung ke tempat-tempat penuh kenangan). Nah, bagusnya, penulis mampu dengan luwes menyelipkan cerita-cerita Queen bersama Davin dulu dalam masa sekarang. 

Bicara tentang gaya bahasa, karena para tokohnya anak muda nan gaul, penulis menggunakan gaya bahasa yang sangat ringan dan tidak kaku. Namun, saya menemukan banyak kesalahan EYD maupun susunan kata. Yang paling sering saya temui adalah kesalahan penggunaan kata ganti milik: temannya Obit (teman Obit), kakaknya Obit (kakak Obit)[1].

Sebenarnya, masalah yang diangkat penulis cukup serius, tentang perselingkuhan, tentang para anak yatim piatu (yang nyerempet masalah hamil di luar nikah), tentang anak jalanan, tentang anak-anak muda yang kerjaannya nggak cuma kuliah, tapi juga kerja beneran sesuai passion-nya. Tapi, untunglah, gaya bahasa yang ringan menyulap masalah serius ini jadi nggak terasa berat.

Meski banyak tokoh yang dikenalkan penulis, tokoh yang paling banyak berperan dalam cerita (tentunya) adalah Queen, Davin, Obit. Karena tokoh Queen sudah saya ceritakan di atas, maka saya akan bicara tentang betapa ngeselinnya tokoh Davin. Cowokmu selingkuh dengan sahabatmu sendiri; selingkuhnya nggak main-main, lagi, sampai sudah tidur bareng! Tergambar jelas, kan, gimana kejinya sifat cowok itu? Ditambah lagi, Davin berjiwa kerdil, hingga memfitnah Queen dan tukang mengadu, lagi! Udah, STOP! *Ugh, Frida, kamu bikin saya kesel!!!*

Lain dengan tokoh Obit, sahabat Queen waktu di Bandung. Ia cowok yang penuh perhatian dan murah hati. Ia mau nganterin Queen ke mana-mana dengan senang hati. Ia juga seorang cowok yang tegas mengambil keputusan. Sejak putus dari mantannya, Via, awalnya ia masih mengejarnya untuk mengajak balikan. Tapi, begitu ia menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada cewek lain, ia berani ambil keputusan untuk putus hubungan dengan Via.

Ada yang Nggak Logis

Menurut saya, kesalahan penulisan bla-bla-bla itu masih terampuni dibandingkan ketidaktepatan logika cerita.

Begini, Davin memfitnah Queen dan mengadukannya pada orangtuanya bahwa Queen sudah punya anak (barang bukti: foto Queen sedang menggendong Aditya—bayi ganteng dari panti asuhan). Hal ini diperparah kenyataan bahwa Queen merahasiakan bahwa selama di Bandung ia ngekos bersama para cowok. Well, sampai sini, mungkin orang tua Queen bisa percaya.

TAPI…. Nah, bagian yang tidak logis adalah…. Waktu itu terjadi, saya kira Queen belum sampai 9 bulan tinggal di Bandung (seingat saya--maaf kalau salah--penulis pernah menyebutkan “lima bulan” di halaman-halaman sebelumnya, jadi jangka waktu sampai pemfitnahan itu terjadi nggak sampai empat bulan, lah). Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh seorang wanita, dari hamil sampai melahirkan? Sampai anaknya berumur beberapa bulan kayak Aditya?

Hayo, berapa tebakanmu? Minimal satu tahun, lah, ya? Sembilan bulan hamil, tiga bulan si bayi tumbuh sampai kurang lebih sebesar Aditya. Nah, kok, bisa-bisanya orangtua Queen memercayai penuturan Davin? Hanya tokoh di novel ini yang percaya pada hal-hal yang sudah jelas bahwa itu mustahil. Mungkin penulis hanya terpeleset dan kurang teliti, atau terlalu bersemangat membangun konflik hingga tak memerhatikan kelogisan cerita, hehehe.

Ada lagi, nih. Saya heran mengapa Queen sangat takjub, padahal hanya melihat bangunan Kos Cemara yang “minimalis bercat abu-abu?[2] Nah, lain cerita jika bangunan kos itu berbentuk seperti Colosseum (lah, kamarnya nggak ada pintunya, dong?!).

Huft, Saya Lega….

Meski ada konflik semacam yang sering kita jumpai di sinetron (pemfitnahan, hamil di luar nikah, perselingkuhan), saya lega. Lega karena penulis tidak memanjang-manjangkan konflik (nggak sampai tembus episode 1000, nih!) dan langsung menyelesaikannya, nggak pake lama. Solusi yang diberikan penulis pun solusi terbaik yang mungkin ada, menurut saya. Jadi, meski awalnya beberapa tokoh bermasalah terhadap satu sama lain, pada akhirnya mereka kembali berdamai dan menerima kenyataan. Ini salah satu yang saya kagumi dari para tokoh. Dengan begitu, para pembaca dijamin puas dan lega. Nggak rugi, deh, meluangkan waktu baca kisah Queen, sang tokoh anak muda teladan, yang cukup inspirasional ini. Good job!


[1] Halaman 150-152
[2] Halaman 23



0 komentar:

Post a Comment

Your comment is so valuable for this blog ^^

bloggerwidgets