4 March 2015

[Resensi MIMINLICIOUS] Admin Slebor Versus Admin Normal





Semakin ramai media sosial oleh akun-akun nonpersonal (contohnya penerbit buku @divapress01), makin terbuka juga lowongan menjadi adminnya. Mungkin banyak orang akan bilang, “Enak banget jadi admin medsos, kerjaannya cuma nongkrongin Twitter, dibayar lagi!”


Tunggu dulu. Jangan salah, meski terlihat mudah, menjadi admin haruslah panjang sabar dan nggak boleh marah. Apalagi followers beraneka-rupa jenisnya, ada yang gaptek sangat, tapi tanyanya macam-macam. Jadi sebenarnya, apa aja sih, kerjaan admin Twitter—lebih tepatnya admin @divapress01? Bagaimana kalau seorang admin @divapress01 menulis personal literature? Inilah rahasia permiminan yang disingkap oleh MinCob alias admin Jacob selama menjadi seleb akun @divapress01.



Ada pula followers yang ngotot, sampai-sampai MinCob lelah dan mengelus dada orang.


MinCob merangkai enam bab menjadi personal literature  yang cukup tipis dan sangat ringan (secara fisik maupun bahasanya), plus kata pengantar. Bagian kata pengantar ini adalah yang paling krusial menurut saya, karena di sini MinCob paling banyak menuliskan narasi seputar per-mimin-an (meskipun itu juga kurang banyak).
“...seorang admin juga punya tanggung-jawabnya sendiri, which is, berusaha sekuat tenaga untuk bisa membahagiakan sebagian besar pengikutnya.”
(hal. 10)
Dunia Mimin 1 Ini adalah bab pertama, yang merangkum percakapan-percakapan yang kebanyakan menjengkelkan, antara MinCob dengan para followers. Saya menangkap adanya pesan penting yang ingin disampaikan oleh MinCob (sebagai duta para mimin sedunia), yaitu “wahai kalian yang bisa membaca, membacalah dengan benar!”. Pesan ini tepat sasaran jika ditujukan untuk menanggapi dunia pertukaran informasi dan komunikasi yang acap kali terganggu. Banyak orang tidak mau membaca dengan teliti info yang telah dibagikan, sehingga bertanya dan bertanya terus tanpa sadar bahwa jawabannya sudah tersedia. Kadang, malah para admin ini dianggap sebagai Wikipedia atau Google,  harus serba tahu!
“Min, tanya dong. Perbedaan antara kepribadian dan karakter?” (hal. 21)
Dunia Mimin 2 Di bab kedua ini, MinCob beralih menceritakan keseharian pekerjaan Kak Nita sebagai admin bagian pemesanan buku di Divapress. Para calon pembelinya pun macam-macam anehnya, seperti nampak pada dialog-dialog antara Kak Nita dengan mereka. Ada yang bingungnya nggak penting, tentang ke bank cabang mana harus mentransfer. Atau tentang calon pembeli yang mengaku punya uang banyak dan akan memborong semua buku yang ada. Malah, ada juga yang tanya jadwal dan rute bus malam.

Dunia Mimin 3 Kata MinCob, di masa kini, gila itu beda tipis dengan kreatif (hal. 76), sehingga admin slebor malah lebih banyak followers-nya daripada admin normal. Di bab ini, sempat-sempatnya, MinCob merangkum perbandingan tweets yang dibagikan oleh admin normal dan admin slebor.


Dunia Mimin 4 Kali ini, MinCob menceritakan ulang dialog-dialog unik antara admin proposal, Kak Dion, dengan para kliennya. Proposal yang dimaksud di sini adalah proposal permohonan buku gratis, sebagai tanggapan atas program Divapress yang salah satunya ber-hesteg #AksiSejutaBukuGratis. Banyak klien yang menjengkelkan, karena sudah dikasih gratis malah minta lebih-lebih melulu.

Dunia Mimin 5 Bab yang paling tebal ini (total 70 halaman) ini berisi percakapan melalui Twitter antara MinCob dengan para followers, dalam rangkaian kuis #bukuDIVA dengan tema “asal tanya asal absurd”. Amat disayangkan, halaman-halaman bab ini hanya berisi gambar kotak-kotak tampilan halaman Twitter yang berisi dialog-dialog absurd, tanpa narasi[1]. Hasilnya, saya sudah bosan pada saat belum sampai pertengahan bab. Dialog-dialognya pun sudah tak terasa lucu lagi, lama-lama menjadi garing dan hambar. Saya yakin, bab ini akan lebih menarik pembaca jika dikemas dalam bentuk narasi, sedangkan dialog absurd tersebut dituliskan beberapa saja untuk contoh.

Dunia Mimin 6 Kali ini MinCob menuliskan contoh-contoh pertanyaan followers yang tidak perlu dijawab demi kebaikan dunia.
@divapress01  : Silakan kirimkan naskah kalian via email ke redaksi_divapress@yahoo.com

@PenulisGalau: Min, kirim naskah via email boleh?

@divapress01  : ....

(hal 200)
Paham, kan, mengapa tidak perlu dijawab? Kalau dijawab hanya akan menambah kerutan di wajah.


Miminlicious bisa dibeli di Bukupedia (langsung klik!)

Menurut saya pelit (alias personal literature) ini didekorasi dengan sampul depan yang semarak dan enak dipandang. Bagian dalamnya juga dihias dengan beberapa halaman berisi gambar kartun. Mungkin akan lebih lucu kalau ditambah komik, seperti di Twiries. Juga, saya yakin akan lebih terasa sebagai pelit jika narasinya diperbanyak, bukan cuma berisi dialog-dialog absurd. Pasalnya, saya sudah telanjur optimis ketika membaca bagian kata pengantar (bagian yang paling banyak narasinya) yang ditulis dengan cara informatif tapi humoris. Memberi pengetahuan baru sembari tetap melucu. Menjumpai bab-bab berikutnya.... saya agak kecewa. Namun, dialog-dialog cukup panjang antara Kak Nita maupun Kak Dion dengan para calon pembeli itu cukup menarik.

MinCob, kamu harus menulis narasi lebih banyak lagi, supaya pembaca lebih mengenalmu! Bukankah pelit bertujuan untuk mengenalkan hal-hal seputar diri sendiri pada para pembaca? (Padahal di bagian blurb ada kisah yang melatari kemunculan MinCob di akun @divapress01. Saya berharap kisah itu dilanjutkan di bagian isi buku, tapi nggak ada L) Setelah membaca Miminlicious, saya merasa belum terlalu mengenal MinCob. *mari kenalan dulu*



[1] Ada sedikit narasi di pembukaan bab.

2 comments:

  1. setuju banget. Dunia Mimin 5 membuat buku ini jadi agak menyebalkan dan kehilangan gregetnya. padahal dunia mimin sebelumnya udah bagus dan padet isinya yah ._.

    ReplyDelete
  2. Bener banget, Mas Rico... Padahal kata pengantarnya bagus ><

    ReplyDelete

Your comment is so valuable for this blog ^^

bloggerwidgets