29 April 2015

[Resensi GAME OF THRONES] Perebutan Kekuasaan




Penulis: George R.R. Martin
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia oleh:
Barokah Ruziati
Editor: Lulu Fitri Rahman
Penerbit: Fantasious
Cetakan: I, Maret 2015
Tebal: XVI + 948 halaman
ISBN: 978-602-0900-29-2
Harga: Rp 110.000,00 (Bukupedia)

Setelah Raja Aerys Targaryen—raja Tujuh Kerajaan—dibantai oleh Jaime Lannister di King’s Landing, dan Pangeran Rhaegar Targaryen dibantai Robert Baratheon di Sungai Trident, tahta kerajaan diduduki oleh Robert. Sementara itu, Eddard Stark, sahabat Robert, menjadi Lord Winterfell di Utara. Sejauh ini, kondisi Tujuh Kerajaan cukup damai, sebelum Robert bersama rombongannya datang ke Winterfell. Ia hendak meminta Eddard menjadi Tangan Kanan Raja menggantikan Jon Arryn yang baru saja meninggal. Tak ada yang mencurigakan awalnya, sampai Catelyn, istri Eddard, menerima surat dari adiknya, yang adalah istri Jon Arryn, yang mengatakan bahwa Jon diduga dibunuh oleh keluarga Lannister. Ditambah lagi kecelakaan yang dialami oleh Bran, putra Eddard, setelah ia tak sengaja memergoki rahasia Cersei Lannister, istri Robert Baratheon. Keadaan di Winterfell belum pulih ketika Eddard mau tak mau ikut ke Selatan untuk menjadi Tangan Kanan Raja.

Bran selamat, meski kakinya lumpuh, dan ternyata itu membuat satu pihak mencoba membunuhnya. Beruntung, Catelyn berhasil menghalanginya dan memperoleh barang bukti belati sang pelaku. Belati itu diduga milik Tyrion Lannister, adik sang ratu yang cebol dan buruk rupa, sehingga Catelyn menyanderanya. Inilah salah satu alasan mulainya peperangan Klan Lannister dengan Klan Stark.

Meski ada Robert, keberadaan Eddard di tengah-tengah keluarga Lannister di King’s Landing tidak aman bagi dirinya sendiri. Robert tak sekuat kelihatannya. Anggota majelis raja tak ada yang bisa dipercaya, begitu pula dengan para pengawalnya. Bila keluarga ratu tahu bahwa Eddard sudah mengetahui rahasianya, sangat mudah bagi Lannister untuk menghabisi Eddard.

“Kalau satu Tangan Kanan bisa mati, kenapa yang kedua tidak?” (halaman 379)

Sementara itu, Viserys Targaryen, adik Rhaegar, sangat percaya bahwa dirinyalah sang Naga Terakhir. Ia menikahkan adiknya, Daenerys, dengan Khal Drogo dengan imbalan satu pasukan untuk merebut kembali tahta kerajaan. Namun, siapa sangka, sang Naga Terakhir bukanlah dirinya.
***

Sumber gambar di sini, diedit oleh saya.


Pertama kali dalam sejarah karier membaca buku saya, saya niat sekali membeli sebuah buku secara online lantaran bukunya belum ada di toko buku biasa. Sebenarnya, niat awal membeli buku GoT ini dilatarbelakangi keinginan mengikuti lomba menulis cerpen tentang Inggris yang diadakan oleh Penerbit Fantasious. Salah satu syaratnya adalah menyertakan struk pembelian buku GoT. Ironisnya, setelah buku sampai di tangan dengan selamat, eh, ternyata cerpennya tidak jadi dibikin -_-.
 
Game of Thrones bisa dibeli di Bukupedia (langsung klik!)

Menyesal beli buku mahal ini?

Sedikit, sih, ketika pertama kali memandang kertas isi buku yang buram dan tipis (mungkin jika menggunakan book paper krem yang lebih tebal itu nanti bukunya jadi terlihat tebal sekali). Begitu mulai membaca, rasa penyesalan itu terlupakan. Meskipun awalnya saya tidak paham, lantaran begitu banyak tokoh berseliweran di dalamnya, dan sebagian besar adalah tokoh yang cukup penting untuk diabaikan (pantaslah jika serial ini dijuluki fantasi skala besar alias raksasa). Nama-nama yang sama, klan-klan berbeda…. Ada cukup banyak klan di Tujuh Kerajaan, meski yang terbesar hanyalah Baratheon, Stark, Lannister, Targaryen, dan Tully. Saking bingungnya, sering sekali saya harus bolak-balik ke depan karena lupa. Theon Greyjoy tadi siapanya Eddard Stark, ya? Brynden itu siapanya Catelyn Stark, ya? Beginilah nasib pembaca yang sama sekali awam terhadap dunia GoT (cupu banget, ya T_T).
Bagi pembaca yang awam terhadap dunia GoT, sebelum mulai membaca, ada baiknya jika mempelajari terlebih dulu silsilah klan-klan Tujuh Kerajaan, supaya tidak bingung. Sayangnya, silsilah itu diletakkan di bagian belakang, sehingga saya baru tahu kalau itu ada setelah sampai di tengah-tengah cerita -_-. Seharusnya silsilah ini ditaruh di depan, seperti pengenalan tokoh yang sering ada dalam komik-komik Jepang.

Selain itu, glosarium yang terletak setelah silsilah itu juga tidak berguna, menurut saya.
Isinya adalah istilah-istilah dalam bahasa Inggris beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia.


Di dalam cerita, istilah-istilah tersebut sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, jadi untuk apa membuat glosarium semacam ini? Mungkin ini semacam panduan bagi yang sudah membaca GoT edisi terjemahan dan ingin menonton serial televisinya, agar tidak bingung ketika mendapati banyak istilah dalam bahasa Inggris di sana. Lagi pula, glosarium, kan, artinya “kamus dalam bentuk yang ringkas; daftar kata dengan penjelasannya dalam bidang tertentu”[1]. Saya berekspektasi akan menjumpai daftar istilah aneh beserta penjelasan artinya. Karena, meski banyak istilah yang sudah dijelaskan secara langsung maupun tidak dalam cerita—seperti arti septa dan maester—ada istilah yang tidak dijelaskan, seperti minuman ale (yang ternyata, menurut kamus artinya adalah "semacam bir tetapi lebih keras").

Terlepas dari semua itu, saya puas dengan terjemahannya yang sangat luwes dan mudah dimengerti (meski ceritanya tidak mudah dimengerti). Beberapa typo bertebaran, tapi itu tidak mengurangi kenikmatan membaca. Lagi pula, sang penulis sangat piawai membuat pembacanya betah, hingga terasa terikat oleh cerita.

Cara penyajian cerita melalui sudut pandang orang ketiga terbatas yang berganti-ganti dari satu tokoh ke tokoh lainnya sangat efektif untuk menceritakan  kisah yang mencakup setting wilayah, waktu, dan tokoh yang besar. Ada sudut pandang Bran, Catelyn, Eddard, Jon, Arya, Tyrion, Daenerys, dan Sansa. Meski banyak tokoh penting, tapi semuanya adalah tokoh yang kuat. Eddard yang sangat kaku, sedingin musim dingin di Utara. Catelyn, wanita kuat, cerdas, dan bijaksana. Tyrion, yang meskipun fisiknya tidak sempurna, otaknya sangat cerdas. Jon, anak haram Eddard, yang keras kepala tapi penuh perhatian pada sahabatnya. Sering kali timbul rasa tak percaya diri, tapi dengan cepat ia kembali optimis, terutama berkat motivasi Tyrion dan Saudara Sesumpah Garda Malam. Sansa, putri sulung Eddard, gadis feminin, patuh, manja, sombong, dan delusional; terlalu mengutamakan keindahan fisik. Arya, putri kedua Eddard, yang berkebalikan dengan Sansa: tomboi, rendah hati, keras kepala, pembangkang. Bran, putra kedua Eddard, yang tangguh dan pantang menyerah.

Robb, putra sulung Eddard, yang harus memimpin pasukan Stark dan pendukungnya untuk melawan Lannister, setelah ayahnya disandera. Robb mewarisi sifat-sifat khas Stark dari ayahnya: keras kepala, teguh, dan berani, juga kecerdasan dari ibunya. Daenerys, gadis yang menjadi kuat dan berani tanpa kehilangan moralitasnya. Oh, saya suka setiap bagian yang menceritakan perlawanan Dany terhadap kakaknya dan prajurit Khal Drogo. Dalam dunia GoT, barangkali Dany-lah yang paling bermoral. Dengan tegas, ia menyelamatkan perempuan-perempuan korban perang yang diperkosa oleh para prajurit Khal Drogo. Tapi, sayangnya, akhirnya takdir mereka tetap pahit. Dany adalah salah satu tokoh favorit saya, selain Tyrion.

Alur yang mengalir deras dari awal sampai akhir tak mengizinkan pembaca bernapas. Belum lagi segala intrik yang membuat hati gemas. Dalam dunia GoT, yang licik mengalahkan yang benar. Jadi, lupakan kalimat mutiara “kebenaran selalu mengalahkan kejahatan”. Meski, ada kalanya pihak yang benar menang. Dunia GoT adalah gambaran dunia yang kita tinggali, meski terlihat sangat amoral, vulgar, dan sadis. Ringkasnya, berisi hal-hal yang tidak ingin kita lihat atau rasakan. Hubungan inses antara Cersei dengan saudara kembarnya, Jaime Lannister. Percobaan pembunuhan anak kecil. Indikasi korupsi, yang mungkin akan dilakukan oleh Moreo, pemimpin kapal Penari Badai yang mengantarkan Catelyn ke King’s Landing. Ketika Catelyn akan membagikan koin pada para pendayung, Moreo berusaha mencegahnya, agar koin-koin itu diberikan padanya untuk nanti dibagikan pada mereka. Dengan tegas, Catelyn menolaknya.

“Laki-laki harus membuat pilihannya sendiri. Mereka berhak mendapatkan perak itu. Bagaimana mereka menghabiskannya, itu bukan urusanku.”
(Catelyn, hal. 179)

Pembunuhan Tangan Kanan raja. Peperangan yang tiada henti, untuk apa lagi selain memperebutkan tahta kerajaan? Dan yang paling menyesakkan adalah pengkhianatan, sehingga tak ada orang yang bisa dipercaya. Inilah yang dialami Eddard Stark selama menjadi Tangan Kanan raja. Bahkan Dany pun dikhianati seorang perempuan tua yang telah diselamatkannya.
Tapi, hei, dalam Perang Dunia bukankah hal-hal mengerikan itu juga nyata terjadi?

Saya mengagumi keberanian penulis yang telah menciptakan dunia yang tidak ideal ini secara jujur dan lugas, sekaligus indah dan humoris. Lelucon ironis dan sarkastis itu paling sering muncul jika ada Tyrion.

Bronn: Siapa yang mau membunuh orang sepertimu?
Tyrion: Ayahku, salah satunya. Dia menempatkanku di barisan depan.
Bronn: Aku akan melakukan hal yang sama. Lelaki kecil dengan perisai besar. Kau bakal membuat jengkel para pemanah.
(hal. 765)

Dengan lihai, penulis berhasil menyadarkan saya bahwa:

“Kehidupan bukanlah lagu, anak manis. Suatu hari nanti kau mungkin akan mengetahuinya dengan cara yang tidak menyenangkan.” 

(Petyr Baelish kepada Sansa Stark, hal. 841).

Serial ini menjadi salah satu favorit saya, dan saya memberikan rating:


[1] Menurut KBBI.

2 comments:

  1. Lagi menunggu seri 3-4-5-6 kira2 kapan ya..ga sabar nunggu versi indonesia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi, entahlah.... Saya cukup baca e-book versi english aja, Ivory, cos bukunya mahal2 :')

      Delete

Your comment is so valuable for this blog ^^

bloggerwidgets